Antropologi Kampus
Universitas
adalah tempat untuk memahirkan diri kita,
bukan
saja di lapangan technical and managerial know how,
tetapi
juga di lapangan mental, di lapangan cita-cita,
di
lapangan ideologi, di lapangan pikiran.
Jangan
sekali-kali universitas menjadi tempat perpecahan.
***
(Soekarno,
Kuliah umum di Universitas Pajajaran, Bandung, 1958).
A. KAMPUS
DAN NORMA KAMPUS
1. Pengertian
Kampus
Kampus,
berasal dari bahasa Latin; campus yang berarti "lapangan luas",
"tegal". Dalam pengertian modern, kampus berarti, sebuah kompleks
atau daerah tertutup yang merupakan kumpulan gedung-gedung universitas atau
perguruan tinggi. Bisa pula berarti sebuah cabang daripada universitas sendiri.
Misalnya, Universitas Indonesia di Jakarta, yang memiliki 'kampus Salemba' dan
'kampus Depok', atau Universitas Diponegoro yang memiliki 'kampus Pleburan’ dan
’kampus Tembalang’, atau pola IAIN yang dulu mempunyai banyak cabang di daerah
yang sekarang berubah menajdi STAIN, atau seperti yang sekarang dijalani UWH
Semarang yang mempunyai banyak cabang di daerah.
Kampus
juga terkadang menyediakan asrama untuk mahasiswa. Di Inggris dan banyak negara
jajahannya seperti Amerika Serikat dan lain-lain, sebuah kampus terdiri dari
universitas atau sekolah dengan asrama atau tempat kos atau pondok para
mahasiswa. Di sana sebuah gedung sekolah berada di kompleks yang sama dengan
gedung penginapan. Di Indonesia hal-hal seperti ini kadang-kadang ada pula,
terutama di tempat akademi militer, dan sekarang mulai dilakukan pula oleh
beberapa kampus besar seperti UI, Undip, dan IAIN, dengan mendirikan asrama di
sekitar kampus akan membuat mahasiswa lebih banyak mengabiskan waktunya untuk
studi dan mudah dikontrol oleh pihak kampus.
Kampus
merupakan tempat belajar-mengajar berlangsungnya misi dan fungsi perguruan
tinggi. Dalam rangka menjaga kelancaran fungsi-fungsi tersebut, Upaya sebagai
lembaga pendidikan tinggi yang mengembangkan tugas Tri Dharma Perguruan Tinggi,
memerlukan penyatuan waktu kegiatan beserta ketentuan-ketentuan di dalam
kampus.
2. Norma
Akademik (Etika Kampus)
Norma
akademik adalah ketentuan, peraturan dan tata nilai yang harus ditaati oleh
seluruh mahasiswa Ubaya berkaitan dengan aktivitas akademik. Adapun tujuan
norma akademik adalah agar para mahasiswa mempunyai gambaran yang jelas tentang
hal-hal yang perlu dan/seharusnya dilakukan dalam menghadapi kemungkinan
timbulnya permasalahan baik masalah-masalah akademik maupun masalah-masalah non
akademik.
Masalah
akademik adalah masalah yang berkaitan langsung dengan kegiatan kurikuler,
Masalah non akademik adalah masalah yang terkait dengan kegiatan non kurikuler.
Sedangkan Pelanggaran adalah perilaku atau perbuatan, ucapan, tulisan yang
bertentangan dengan norma dan etika kampus. Etika kampus adalah ketentuan atau
peraturan yang mengatur perilaku/atau tata krama yang harus dilaksanakan oleh
mahasiswa Ubaya. Etika kampus meliputi 2 hal penting yaitu ketertiban dan tata
krama.
B. TIPOLOGI MAHASISWA
Adakampus
pasti ada civitas akademika, baik rektor, pembantu rektor, dekan, dosen,
pegawai, dan mahasiswa. Semua civitas akademika tersebut satu sama lainnya
saling terkait. Mahasiswa sebagai komponen utama (karena jumlahnya lebih banyak
ketimbang yang lainnya) sangat penting duperhatikan bagi denyut nadi kampus.
Mahasiswa datang dari berbagai penjuru daerah tentu mempunyai latar belakang
dan karakter yang berbeda-beda.
Sebagai
mahasiswa, mayoritas anggota baru PMII perlu memahami berbagai jenis tipologi
mahasiswa, dan kira-kira ingin menampatkan dirinya dalam tipe seperti apa. Kita
meconba melakukan klasifikasi atas tipologi mahasiswa, walau ini tidak bersifat
paten karena setiap diri kita bisa membuat tipologi sesuai dengan yang kita
lihat dan rasakan. Anda sendiri bisa memegang dua katagori atau tiga bahkan
empat sekaligus dari tipologi yang kitra susun ini. Bahkan mungkin masih
membuka munculnya jenis tipologi lainnya. Yang penting semoga Anda bisa berguna
bagi diri Anda sendiri dan bagi orang lain dalam lingkungan kehidupan keluarga,
organisasi dan masyarakat.
1. Mahasiswa Pemimpin
Tipikal
mahasiswa seperti ini selalu terlihat mencolok dan aktif dibandingkan mahasiswa
lainnya. Hidupnya di perkuliahan sangat bervariatif –diisi dengan berbagai
kegiatan, dan ia tidak hanya belajar dari kuliah semata, namun juga belajar
dari lingkungan. Ia akan aktifg di organisasi, baik intra maupun ektra kampus.
Biasanya –tapi tidak mengikat- tipe mahasiswa seperti ini tidak memiliki
keinginan yang besar untuk lulus terlalu cepat, karena ia mencari pengalaman
sebanyak-banyaknya untuk menjadi pemimpin di masa depan. Cita-citanya, biasanya
ingin menjadi pemimpin perusahaan, lurah, bupati, DPR, menteri, bahkan
presiden.
2. Mahasiswa Pemikir
Tipikal
mahasiswa jenis ini selalu berpikir dan terus berpikir. Hobinya membaca buku,
diskusi dan menulis. Terkadang orang jenis ini –karena terus belajar- tanpa
menghiraukan sekitarnya, agar bisa mendapatkan jawaban atas apa yang
dipikirkannya. Biasanya tipe mahasiswa seperti ini jika telah lulus ingin jadi
ilmuwan, peneliti, dosen atau akademisi.
3. Mahasiswa Study
Oriented
Tipikal
mahasiswa jenis ini selalu rajin masuk kuliah dan melaksanakan tugas-tugas akademik.
Mahasiswa jenis ini tidak mau tahu dengan apa yang terjadi di kampus. Pokoknya
yang penting mendapatkan nilai bagus dan cepat lulus.
4. Mahasiswa Hedonis
Tipe
mahasiswa seperti ini tiada banyak berpikir, tidak mau aktif di organisasi. Ia
selalu menjalani kehidupan dengan hedonis, glamour, dan happy-happy. Kalau ke
kampus sering memakai pakaian yang norak, memakai mobil, dan nongkorong di
mall, kafe, dan tempat hiburan lainnya.
5. Mahasiswa Agamis
Tipikal
mahasiswa seperti ini kemana-mana selalu membawa al-Qur’an, berpakaian ala
orang Arab, tampil (sok) islami, menjaga jarak terhadap lain jenis yang tidak
muhrim.
6. Mahasiswa K3 (Kampus,
Kos dan Kampung)
Tipikal
mahasiswa seperti ini kesibukanya hanya K3, yaitu kampus, kos dan kampung.
Kalau tiba jam kuliah ya berangkat kuliah, kalau selesai pulang kos, atau ada
waktu cukup pulang kampung.
7. Mahasiswa Santai
Semaunya Sendiri
Tipe
mahasiswa seperti ini tiada banyak berpikir, selalu menjalani kehidupan apa
adanya. Enjoy aja! Biasanya tipikal mahasiswa seperti ini aktif di bidang seni
dan olahraga. Dia tidak terlalu memikirkan kuliah, karena yang penting dalam
hidupnya adalah santai. Biasanya mahasiswa seperti ini lama sekali lulusnya,
karena nilainya juga santai.
8. Mahasiswa Mencari
Cinta
Tipikal
mahasiswa seperti ini tiada terlalu memikirkan kuliah, tetapi yang
dipikirkannya adalah CINTA. Yang penting baginya adalah mendapatkan pacar yang
setia. Lulus kuliah cepet-cepet menikah.
9. Mahasiswa Jomblo Unsold
Tipe
mahasiswa seperti ini terkadang dianggap terlalu menyedihkan, karena tiada
laku-laku (unsold). Tapi terkadang mahasiswa memilih jomblo bukan karena
tidak laku, tetapi karena ia memang tidak ingin berpacaran demi meraih
cita-citanya di masa depan.
10. Mahasiswa Usil
Tipikal
mahasiswa seperti ini sangat senang apabila orang lain menderita. Contohnya
sebelum dosen masuk kelas, ia akan mengganti kursi dosen dengan kursi yang
rusak biar dosennya patah tulang, atau sebelum dosen masuk, ia menulis kertas
di pintu kelas bahwa perkuliahan di kelas hari ini dibatalkan.
11. Mahasiswa Tak Jelas
Tipikal
mahasiswa seperti ini tak bisa dikategorikan, karena terkadang ia seperti
pemimpin, terkadang seniman, terkadang pemikir, terkadang santai, terkadang
pecinta, terkadang usil, dll. Terkadang aktif keliatan terus, terkadang lenyap
hilang entah ke mana.
12. Mahasiswa Anak Mami
Tipikal
mahasiswa seperti ini selalu pulang di akhir pekan, takut kalau mamanya marah.
Ia kuliah demi menyenangkan hati maminya. Kebanyakan tipikal seperti ini tidak
menikmati perkuliahannya, karena jurusan perkuliahannya itu pilihan dari sang
ibunda, bukan dari kehendak hatinya. Kebanyakan tipe kuliah seperti ini putus
di tengah jalan, tetapi semoga kamu tidak!
13. Mahasiswa Apa
Mahasiswi
Sudah
jelas sekali bahwa tipikal mahasiswa seperti ini memiliki dua kepribadian, yang
pertama wanita yang kedua pria. Orang-orang biasa menyebutnya banci, tidak
punya karakter yang jelas.
14. Mahasiswa Gadungan
Tipe
ini sebenarnya bukan mahasiswa, tetapi karena ingin terlihat seperti mahasiswa,
maka ia sering nongkrong-nongkrong di kampus orang. Biasanya ia punya tujuan
tertentu, seperti mencari seorang cewek idaman atau mau memasang bom di kampus
orang.
15. Mahasiswa Monitor
Mahasiswa
seperti ini selalu berhadapan dengan komputer, sampai-sampai mukanya sudah
berevolusi seperti monitor. Matanya sudah sebesar mouse, dan rambutnya sudah
tak terurus seperti kabel USB atau RJ-45. Biasanya tipikal mahasiswa seperti
ini hobi chatting dan mendapatkan kebutuhannya dari internet. Tetapi mahasiswa
seperti ini bagus juga, karena ia tak bakal ketinggalan zaman deh.
16. Mahasiswa Abadi
Jelas,
mahasiswa jenis ini paling betah di kampus, yang di kuliahnya di atas semester
10 tapi masih santai-santai dan belum mikir lulus.
C.
PMII DAN REKAYASA KAMPUS
Dunia
perpolitikan mahasiswa yang tak pernah lepas dari wilayah kampus membuat PMII
mau atau tidak mau akan terlibat dalam pusaran rebutan kekuasaan kampus.
Meskipun diakui ataupun tidak, mahasiswa pada umunya cenderung bersikap
apolitis dengan berbagai isu kebijakan birokrat kampus dan para pejabat
mahasiswa, namun tetap saja mahasiswa berpolitik dalam arti yang lebih luas. Dikarenakan
politik memiliki lingkup yang menyeluruh dalam setiap aspek kehidupan,
tergantung sudut pandang masing-masing.
PMII
sebagai organisasi ekstra kampus membina dan mendistribusikan kader-kadernya
untuk aktif dalam lembaga-lembaga kampus, bahkan akan mendorong kadaer-kader
terbaik memimpin lembaga-lembaga tersebut. Keberadaan lembaga-lembaga tersebut,
bagi PMII adalah sebagai ruang distribusi kader karena di lembaga tersebut
kader PMII bisa menempa dan mengembangkan kemampuan yang dimilikinya agar lebih
maju dan profesional.
PMII
memandang lembaga intra kampus sangat strategis sebagai wahana kaderisasi. Pada
umumnya, ada beberapa jenis lembaga kampus yang memiliki otoritas tertentu
dalam mengayomi kampus dan mahasiswa, yaitu Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM),
Himpunan Mahasiswa Fakultas/Jurusan (HMF/J) dan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM).
Lembaga-lembaga tersebut bermain dalam wilayah internal kampus dan
kepengurusannya berisikan mahasiswa yang tercatat masih aktif program studinya.
Secara umum ke tiga jenis lembaga ini memiliki andil penting dalam rekayasa
kampus. Mau kemana dan bagaimana nantinya kampus akan dikelola, lembaga inilah
yang akan mewujudkannya dalam tataran kerja nyata di lapangan.
Dengan
menguasai lembaga intra kampus, PMII akan semakin meneguhkan perjuangannya
dalam menyalurkan aspirasi mahasiswa di segala lapisan baik akademisi,
organisatoris hingga preman kampus. Perlu diingat bahwa Perguruan Tinggi
merupakan salah satu sarana yang dibuat dalam meningkatkan pembangunan negara
secara umum, oleh karena itu tak heran bahwa banyak perubahan besar yang
diawali dari gerakan lembaga kemahasiswaan ini. Adanya lapangan bola, internet,
pustaka hingga tempat parkir merupakan fasilitas yang diberikan karena adanya
sebuah permintaan yang dalam hal ini diajukan oleh mahasiswa secara umum dan
disampaikan kepada pihak birokrat melalui lembgaga kemahasiswaan jalur komunikasi
antara mahasiswa dan birokrat kampus. Ketika birokrat kampus serta
lembaga-lembaga ini tidak mampu berkoordinasi dalam mengaspirasikan harapan
civitas kampus umum, maka akan timbul saling ketidakpercayaan, stagnansi hingga
kemerosotan akreditasi kampus dalam tataran akademis, fasilitas dan budaya.
Demikianlah
paparan seputar kehidupan perkuliahan, dimana kampus dan mahasiswa berada.
Kampus bisa menjadi tempat bagi mahasiswa untuk mengembangkan aktualisasi dan
apresiasinya sesuai dengan kebutuhannya. Hal ini merupakan sisi positif yang
dimiliki mahasiswa. Kesempatan seperti ini tentu tidak dimiliki mereka yang
tidak sempat belajar di kampus.
Sebagai
bagian dari elemen mahasiswa, PMII memandang sangat vital keberadaan kampus,
tidak hanya semata-mata untuk tempat pembelajaran, tetapi juga sebagai wahana
untuk menempa dan mengembangkan bakat potensi yang dimiliki para anggotanya.
Sumber: http://materimapaba.blogspot.co.id/
Post a Comment